Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

INTERNATIONAL ART EXHIBITION DEWANTARA TRIENNALE 2019

 Dewantara Triennale merupakan program rutin pameran seni rupa tiga tahunan yang dirancang oleh Program Studi Pendidikan Seni Rupa (baca: PSR), Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta – Indonesia. Pameran ini mulai diadakan tahun 2019 dan bertempat untuk publikasi pertama di Bale Banjar Sangkring Art Space, Nitiprayan, Yogyakarta. Pameran ini diselenggarakan oleh Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta mengangkat tajuk “International Art Exhibition Dewantara Triennale 2019”. Pameran Seni Internasional ini diikuti 7 negara yaitu 53 peserta dari Indonesia dan 7 peserta dari 6 negara Asing. Tujuh peserta dari negara Asing yaitu Arief Datoem  dan Hawari Ibrahim dari Malaysia, Bessa Eddy dari Madagascar, Franziska Fennert dari Germani, Lee Hea Kyung dari South Korea, Richard Irwin Mayer dari USA, dan Michael Down dari England. Karya yang ditampilkan terdiri dari Lukisan, Patung, Grafis, Fotografi, Batik, Kriya Kayu, Kriya Logam, Videografi, dan Instalasi. International Art Exhibition Dewantara Triennale 2019” dihadiri oleh 300 tamu undangan.

Penamaan Dewantara Triennale diambil dari nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasa dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Beliau lahir di Pakualaman, Yogyakarta, 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ki Hajar Dewantara di zamannya merupakan seorang aktivis pergerakan Kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi. Beliau adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar juga sebagai pendiri Perguruan Taman Siswa yakni lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda waktu itu. Hingga sekarang semangat beliau di Perguruan Taman Siswa tetap eksis dan menyebar di seantero wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sabang sampai Merauke.

Pameran Seni Internasional “International Art Exhibition Dewantara Triennale 2019” dibuka oleh Dekan FKIP UST Nanang Bagus Subekti, S.Pd., M.Ed., menyampaikan pameran ini sebagai wujud pengejawantahan dari ajaran Ki Hadjar Dewantara dalam membangun pendidikan di Indonesia. Dengan harapan tidak hanya bisa dinikmati oleh penggiat seni tetapi juga mahasiswa serta masyarakat luas.

Ketua Program Studi Pendidikan Seni Rupa Dr. Moh. Rusnoto Susanto, S.Pd, M.Sn., dalam sambutannya menyampaikan Pameran International Art Exhibition Dewantara Triennale 2019” sesungguhnya gagasan besarnya adalah mengangkat nilai-nilai lokal dalam kontestasi nilai-nilai universal. Pameran ini didedikasikan untuk Pahlawan Pendidikan Nasional yang kharismatik Ki Hajar Dewantara, karena jasa beliaulah bangsa Indonesia merdeka dengan martabat dan kesejajaran intelektual dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pameran ini pun sesungguhnya menegaskan bahwa Ki Hajar Dewantara berjuang untuk memerdekakan bangsa Indonesia dengan jalur membangun badan perjuangan melaui jurnalistik, pendidikan, dan kebudayaan. Bentuk dari badan perjuangan yang dimanifestasikan melalui pendidikan telah menjadi dasar perumusan dasar negara dan sistem pendidikan nasional.

Pameran ini juga berupaya menerjemahkan spirit pendidikan berbasis kebudayaan nasional dengan menggali nilai-nilai lokalitas. Issue ini menjadi penting bagi perkembangan seni rupa dengan presentasi kedalaman karya seni yang global. Seni rupa kontemporer merupakan relasi konstruksi personalitas lokal (lokalitas) dan spirit universalitas itu sendiri. Bagaimana seorang seniman mempresentasikan gagasan-gagasan kreatifnya melalui pendalaman referensi budaya lokal yang kemudian mencuatkan nilai-nilai universalitas untuk memperkaya perspektif yang lebih luas.

Melalui kesadaran lokalitas kembali dibangun oleh otonomi budaya dengan memunculkan kembali etnosentrisme di dalam masyarakat. Kembalinya etnosentrisme telah menjadi konsekuensi atas ‘penyeragaman’ pada paradigma modernitas dan wacana postmodern sekaligus. Wacana yang menjadikan masyarakat berjarak dengan kebudayaannya dan hilangnya identitas kedaerahan. Kemudian serta merta mencuatkan arus disjungtif, yakni sebuah arus yang menyatakan suatu bantahan terhadap metafora perjalanan dan gerakan ini menandai kemunculan ulang kekuatan materialistik yang dibangun modernitas.

Akhirnya, pameran ini dipersembahkan untuk kemajuan dan reputasi UST Yogyakarta khususnya sebagai penanda capaian puncak Prodi Pendidikan Seni Rupa dalam mempersiapkan akreditasi prodi. Bagian ini juga sebagai rangkaian publikasi ke khalayak dan publik seni secara internasional. Dr. Moh. Rusnoto Susanto, S.Pd, M.Sn., pun berharap semoga International Art Exhibition Dewantara Bienalle 2019 menjadi turning point bagi kita semua bagi peran serta pada perkembangan seni rupa kontemporer saat ini dan menjadi nilai tawar penting bagi Prodi Pendidikan Seni Rupa UST Yogyakarta.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *